Australia-Indonesia Museums (AIM) Project

Pada tahun 2021-2022, Southeast Asia Museum Services (SEAMS) bermitra dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Deakin University, dan Western Australian Museum (WAM), serta beberapa museum mitra di Indonesia, untuk memulai upaya tersebut. Australia-Indonesia Museums (AIM) Project.
Berangkat dari kerangka pameran tradisional yang dibatasi dalam batas-batas nasional, AIM Project menjawab tantangan kontemporer, menekankan dekolonisasi dan menyoroti hubungan dan gerakan trans-nasional.
AIM Project, sebuah upaya bersama antara organisasi-organisasi Australia dan Indonesia, terlaksana melalui pendanaan dari Institut Australia-Indonesia pada Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) dan Kementerian Kebudayaan Indonesia.
Awal dari AIM Project dimulai pada tahun 2016 ketika dua belas kurator Indonesia menjalani kursus pelatihan selama dua minggu di Melbourne sebagai bagian dari program Australia Awards DFAT. Difasilitasi oleh Cultural Heritage Asia-Pacific Group dari Deakin University, pelatihan ini meletakkan dasar bagi kolaborasi di masa depan, menyoroti perlunya pelatihan dan kolaborasi lebih lanjut menggunakan metodologi Signifikansi.
Diluncurkan pada Mei 2021, AIM Project berfokus pada dua kegiatan utama: lokakarya pelatihan tentang pendekatan signifikansi dan pengembangan pameran online. Terlepas dari tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19, proyek ini berhasil beralih ke model pelatihan online, yang melibatkan lebih dari 150 peserta dari 80 museum di 19 provinsi di Indonesia. Survei anonim yang dilakukan oleh Direktorat Museum dan Pelatihan Peninggalan Indonesia menunjukkan relevansi dan dampak pendekatan Signifikansi dalam konteks museologi Indonesia.
Proyek AIM juga berkontribusi pada penerjemahan pendekatan Signifikansi ke dalam bahasa Indonesia, dengan versi bahasa Indonesia akan diterbitkan pada Juli 2022 dan dibagikan ke lebih dari 300 museum di seluruh negeri.
Puncak dari AIM Project adalah pameran online bertajuk “Tetangga: People, Places, and Objects Across Borders” yang resmi diluncurkan di KJRI Perth. Tetangga, yang berarti tetangga dalam bahasa Indonesia, mempertemukan lebih dari 80 kontributor dari Indonesia dan Australia, termasuk kurator, sejarawan, akademisi, fotografer, dan desainer. Pameran ini mengeksplorasi 20 objek dari berbagai koleksi, dengan menekankan tema-tema seperti warisan kolonialisme, pergerakan manusia dan objek, serta perubahan signifikansi objek.
Didigitalkan dalam resolusi tinggi dengan model 3D, pameran ini menampilkan video kuratorial di mana para ahli berbagi makna setiap objek secara langsung dengan penonton. Platform yang dikembangkan oleh tim digital WAM ini menjamin aksesibilitas dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
AIM Project merupakan bukti upaya kolaboratif yang memupuk pemahaman, hubungan, dan narasi bersama antara Indonesia dan Australia.